Friday, November 21, 2008

HISTORY OF Maluku I

History of Maluku

Maluku province is one of the oldest in the history of independent India, known as the Thousand Island area has a diversity of social and cultural wealth and natural drawing. This region is declared as the province along with seven other regions; Kalimantan, Sudanese Small, East Java, Central Java, West Java, and Sumatra - only two days after the nation proclaim independence on 17 August 1945. However, officially the establishment of Maluku province as a regional level RI I just happen 12 years later, based on the Emergency Law Number 22 of 1957 which was replaced by Law No. 20 of 1958.

Local History

Like other areas in Indonesia, Maluku has a long history of travel and can not be released from the history of Indonesia as a whole. The area of the archipelago which is rich with spices is known in the international world since yore. In the early centuries-7 sailors from mainland China, especially in the Tang Dynasty era, frequently visited Maluku to search for spices. However, they deliberately secrecy to prevent the arrival of other nations kedaerah this.

In the century to the 12th power of the Kingdom of the beach area include the Maluku Islands.




In the early 14 th century Majapahit Kingdom control all the sea areas of Southeast Asia. At that time traders from Java monopolize the spice trade in Maluku.

In the Ming Dynasty (1368 - 1643) spices from the Moluccas introduced in the various works of art and history. In a painting works W.P. Groeneveldt titled Mount incense, Moluccas Described as a mountainous area of green trees and filled clubs - a relaxing oasis in the sea southeast. Marco Polo also describes the trade clubs in the Northeast in the visit in Sumatra.

Portuguese era

The first European nation to find the Maluku is Portuguese, in the year 1512. At that time, 2 Portuguese fleet, each under the leadership Anthony d'Abreu and Francisco Serau, landed at the Banda Islands and the Turtle Islands. After they formed a friendship with the kings and local - as with the Kingdom of Ternate on the island of Ternate, the Portuguese were given permission to establish stronghold in Pikaoli, long used to large begitupula State, and in Mamala Island Ambon.Namun trade relations spice is not prolonged , As the Portuguese system monopoly to apply at once to make the spread of Christianity.
One of the missionaries is the famous Francis Xavier. Arrived in Ambon 14 February 1546, and then continue the journey to Sokoto, arrived in the year 1547, and she tired to make visits to the islands in the Maluku Islands to the spread of religion. Portuguese Friendship and Thornton ended in tahun1570.Peperangan with Sultan Babullah for 5 years (1570-1575), Portuguese must create lift from the legs and terusir Ternate and Ambon to TidoreSejarah Maluku

Maluku merupakan salah satu propinsi tertua dalam sejarah Indonesia merdeka, dikenal dengan kawasan Seribu Pulau serta memiliki keanekaragaman sosial budaya dan kekayaan alam yang berlimpah. Daerah ini dinyatakan sebagai propinsi bersama tujuh daerah lainnya; Kalimantan, Sunda Kecil, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera – hanya dua hari setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun secara resmi pembentukan Maluku sebagai propinsi daerah tingkat I RI baru terjadi 12 tahun kemudian, berdasarkan Undang Undang Darurat Nomor 22 tahun 1957 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 1958.

Lintasan Sejarah

Seperti daerah-daerah lainnya di Indonesia, Kepulauan Maluku memiliki perjalanan sejarah yang panjang dan tidak dapat dilepaskan dari sejarah Indonesia secara keseluruhan. Kawasan kepulauan yang kaya dengan rempah-rempah ini sudah dikenal di dunia internasional sejak dahulu kala. Pada awal abad ke-7 pelaut-pelaut dari daratan Cina, khususnya pada zaman Dinasti Tang, kerap mengunjungi Maluku untuk mencari rempah-rempah. Namun mereka sengaja merahasiakannya untuk mencegah datangnya bangsa-bangsa lain kedaerah ini.

Pada abad ke-12 wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya meliputi Kepulauan Maluku.


Pada awal abad ke-14 Kerajaan Majapahit menguasai seluruh wilayah laut Asia Tenggara. Pada waktu itu para pedagang dari Jawa memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku.

Dimasa Dinasti Ming (1368 – 1643) rempah-rempah dari Maluku diperkenalkan dalam berbagai karya seni dan sejarah. Dalam sebuah lukisan karya W.P. Groeneveldt yang berjudul Gunung Dupa, Maluku digambarkan sebagai wilayah bergunung-gunung yang hijau dan dipenuhi pohon cengkih – sebuah oase ditengah laut sebelah tenggara. Marco Polo juga menggambarkan perdagangan cengkih di Maluku dalam kunjungannya di Sumatra.

Era Portugis

Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada tahun 1512. Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing dibawah pimpinan Anthony d'Abreu dan Fransisco Serau, mendarat di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu. Setelah mereka menjalin persahabatan dengan penduduk dan raja-raja setempat - seperti dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate, Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli, begitupula Negeri Hitu lama, dan Mamala di Pulau Ambon.Namun hubungan dagang rempah-rempah ini tidak berlangsung lama, karena Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen.
Salah seorang misionaris terkenal adalah Francis Xavier. Tiba di Ambon 14 Pebruari 1546, kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate, tiba pada tahun 1547, dan tanpa kenal lelah melakukan kunjungan ke pulau-pulau di Kepulauan Maluku untuk melakukan penyebaran agama. Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada tahun1570.Peperangan dengan Sultan Babullah selama 5 tahun (1570-1575), membuat Portugis harus angkat kaki dari Ternate dan terusir ke Tidore dan Ambon

0 komentar:

Post a Comment